My Own Happiness Project

My Own Happiness Project
because happiness begins inside and flows out...

20080505

mengejar matahari......

One of the movies I brought back from Indonesia is Mengejar Matahari, a movie about the coming of age of four friends, their struggle with friendship, family, growing up in a difficult surrounding and to a lesser extense, of a woman. The main characters were Ardi and Damar. Ardi struggles with his father's harsh expectations, and Damar, an abandoned child with horrible temperament. This leaves the other 2 character rather poorly developed.
Mengejar Matahari mengisahkan cerita sederhana tentang persahabatan di antara para tokohnya dari kecil hingga remaja, tetapi mengandung filosofi hidup yang dalam. Film ini adalah buah kerjasama SinemArt dibawah Leo Sutanto dan Kipass Communication yang dikomandani Rudy Soedjarwo.

Empat bintang muda yaitu, Wingky Wiryawan (sebagai Ardi), Fedi Nuril (Nino) Udjo Project Pop (Apin), dan Fauzi Baadilla (Damar) tampil dalam film ini. Film ini berkisah tentang persahabatan Ardi, Damar, Nino dan Apin yang terjalin sejak mereka masih kanak-kanak. Suatu hari mereka melihat Obet (Ade Habibi) membunuh seorang anak dan melaporkannya ke polisi.

Sementara itu, di tengah mereka datanglah gadis cantik bernama Rara (Agni Arkadewi) yang kemudian dekat dengan Ardi. Kedekatan Ardi dan Rara menjadikan persahabatan mereka retak. Sejak kecil mereka punya ritual bermain yang unik yang mereka namakan mengejar matahari. Mereka akan berlari dari satu titik ke titik lain di kompleks rumah susun tempat tinggal mereka, saling bersaing siapa yang akan sampai terlebih dulu.

Konflik bukan hanya seputar persahabatan mereka, tetapi juga masing-masing pribadi. Nino adalah anak orang kaya, paling dewasa dan pendiam. Damar tinggal hanya dengan ibunya yang jarang di rumah. Ia tumbuh menjadi anak yang amat pemarah dan gemar berkelahi. Ardi anak pensiunan polisi yang tertekan oleh kekerasan sikap bapaknya. Sementara Apin adalah yang paling jenaka di antara mereka. Ia selalu bermimpi kelak akan menjadi sutradara dan merekam seluruh aspek kehidupan yang tak mungkin terulang lagi.
This movie has received some harsh criticism for its stereotypical histrionic, illogical and unrealistic plot, but I still love the works of Rudy Soedjarwo for his excellent cinematography.

And I love the opening script:
Orang bilang, hidup ini dimulai dari hari ini waktu kita bangun di pagi. Bukan hari kemarin, bukan juga besok.
Tapi gue percaya hari ini dimula bukan hanya dari kita membuka mata tadi pagi... hari ini dimula jauh dari itu.

No comments: